Kompleks Besi(III)EDTA
Paper Kimia Anorganik III
San Paris Mataputun
Jurusan Kimia FMIPA Unsrat Manado
Senyawa koordinasi adalah senyawa
kompleks yang terbentuk karena adanya ikatan antara ligan yang berperan sebagai
donor pasangan elektron atau basa lewis dengan ion pusat logam
yang berperan sebagai akseptor pasangan elektron atau asam lewis
(Setyawati dan Irmina, 2010). Menurut Clyde dan Selbin (1985), senyawa kordnasi
dapat dibedakan menjadi dua jenis. Jenis yang pertama adalah kompleks netral
yaitu kompleks yang tidak memiliki muatan seperti [Fe(CO)5] dan
[Pt(RNC)4], atau bisa juga berasal dari ion logam pusat yang
dikelilingi oleh ligan bermuatan
berlawanan dalam jumlah yang netral seperti [Co(NH3)3],
[Fe(aca)3] dan [Cr(gly)33].
Jenis senyawa koordinasi yang kedua adalah berupa berupa ion yang dalam hal ini
paling sedikit satu dari antara ion tersebut harus merupakan ion kompleks
(Clyde dan Selbin, 1985). Salah satu contoh dari kompleks ion adalah
Besi(III)EDTA yang dapat disintesis dari senyawa FeCl3.6H2O dengan ligan EDTA dari Na-EDTA (Setyawati dan Irmina, 2010).
Nama dan Rumus Struktur
Besi(III)-EDTA
Besi(III)EDTA dengan rumus molekul [Fe(HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2]- memiliki nama sistematik IUPAC Etilendiamintetraasetatferat(III)
sering disebut juga ferric versenate. Senyawa kompleks Besi(III)-EDTA
memiliki struktur oktahedral, dimana ada interaksi antara gugus fungsi pada
EDTA dengan logam ion pusat Fe, dua atom N dan empat atom O dari ligan EDTA
terletak pada pojok-pojok oktahedral. Dalam senyawa koordinasi,
EDTA4– berperan sebagai ligan. EDTA4- mengikat kation
logam besi melalui dua amina dan empat gugus O dari gugus karboksilat (Anonim,
2012).
Gambar 1. Struktur oktahedral
Besi(III)EDTA
Sumber : Novyanti (2011)
Sifat Fisik dan Kimia
Dari hasil pengukuran dengan MSB
(Magnetic Susceptibility Balance) diperoleh bahwa senyawa kompleks
besi(III)-EDTA memiliki sifat kemagnetan 5,1 BM (Setyawati dan Irmina, 2010).
Menurut Setyawati dan Irmina (2010), Senyawa kompleks ini bersifat asam dan
larut dalam air. Selain itu EDTA merupakan ligan kuat, seharusnya bisa mendesak
elektron pada orbital d besi untuk berpasangan. Namun kenyataannya
tidak demikian. Hal ini bisa dijelaskan bahwa meskipun EDTA termasuk ligan kuat
tetapi bentuk molekul EDTA besar dan bulky
sehingga pasangan elektron bebas dari ligan lebih memilih masuk pada orbital
terluar atom pusat. Senyawa kompleks [Fe(EDTA)] juga merupakan salah satu senyawa kompleks besi yang stabil (Kstab = 25,1) karena membentuk khelat
dengan EDTA (Svenson et al., 1989).
Tabel. 1. Karakteristik fisika dan kimia Besi(III)-EDTA
Berat molekul
|
344.05588 g/mol
|
Rumus molekul
|
C10H12FeN2O8-
|
Donor ikatan H
|
0
|
Akseptor ikatan H
|
10
|
Massa eksak
|
343.994307
|
Muatan formal
|
-1
|
Kompleksitas
|
293
|
Jumlah isotop
|
0
|
Titik didih
|
614.2
°C pada 760 mmHg
|
Titik lebur
|
325.2
°C pada 760 mmHg
|
Jumlah ikatan kovalen
|
2
|
Sintesis Besi(III)-EDTA
Setyawati dan Irmina (2010) melaporkan
bahwa senyawa kompleks ini dapat disintesis dengan mereaksikan besi(III) dari
senyawa FeCl3.6H2O dengan ligan EDTA dari Na-EDTA. Sebelum melakukan sintesis senyawa kompleks
maka dilakukan penentuan panjang gelombangmaksimum, perbandingan stoikiometri,
serta pengaruh pH pada pembentukan senyawa kompleks. Dari hasil tersebut akan
disintesis senyawa kompleks dengan melarutkan NaH2EDTA·H2O
ke dalam air. Kemudian larutan dipanaskan
sampai terbentuk larutan bening.Untuk menghilangkan kation Na+ maka larutan tersebut dilewatkan pada resin penukar kation Na+
sehingga
didapatkan senyawa HEDTA. Larutkan besi(III) klorida heksa hidrat ke dalam air
kemudian tambahkan ke dalam larutan EDTA dan diaduk. Kemudian larutan
dipanaskan sampai terbentuk endapan. Selanjutnya larutan didinginkan dan
endapan disaring dengan corong buchner. Endapan yang terbentuk dicuci dengan
air dingin untuk menghilangkan ion Fe(III) yang tersisa. Kemudian produk dicuci
dengan etanol dan dikeringkan pada kertas saring Whetman (Setyawati dan Irmina,
2010).
Dari penentuan stoikiometri diperoleh
hasil bahwa perbandingan stoikiometri senyawa kompleks = 1: 1 dengan proses pembentukan senyawa kompleks
dilakukan pada pH 6 (Setyawati dan Irmina, 2010).
Dari hasil sintesis yang dilakukan oleh
Setyawati dan Irmina (2010) diperoleh padatan berwarna kuning dan senyawa hasil
sintesis dikarakterisasi dengan spektroskopi UV-VIS, Infrared (IR) dan Magnetic
Susceptibility Balance. Dari hasil analisis spektroskopi UV-VIS yang dilakukan
diperoleh bahwa nilai panjang gelombang maksimumnya sebesar 398 nm sedangkan spektrum
IR senyawa ini menunjukkan serapan khas vibrasi logam-ligan muncul pada serapan
di bawah 500 cm.
Gambar 2. Spektra Uv-Vis Besi(III)EDTA (Setyawati
dan Irmina, 2010).
Gambar
3. Spektra IR Besi(III)EDTA (Setyawati dan Irmina, 2010).
Aplikasi
Besi(III)-EDTA
Senyawa kompleks Besi(III)EDTA dapat
diaplikasikan sebagai garam untuk
fortifikasi besi (Torres et a., 1979), asam lewis dalam removal H2S
(Horikawa et al., 2004), katalis
heterogen (Setyawati dan Irmina, 2010)
maupun sebagai adsorber katalitik (Novyanti, 2011).
Torres et al. (1979) melaporkan bahwa kompleks
Besi(III)EDTA dapat digunakan sebagai fortifikasi besi
sebagai pengganti zat
besi dalam sayuran dan memiliki keuntungan
pada
penyerapan dari keduanya. Dari penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan
bahwa hanya
sejumlah kecil zat besi dari garam
ini, sekitar 10 mg/hari
diperlukan untuk mencegah anemia
atau kekurangan zat
besi.
Dalam aplikasinya sebagai katalis
heterogen digunakan pada reaksi sintesis vitamin E dengan materi pendukung MgF2
yang bersifat asam (Setyawati dan Irmina, 2010). Senyawa kompleks ini bersifat asam dan larut
dalam air sehingga memungkinkan untuk menempel kuat dalam pendukung MgF2
dan berada dalam fase yang berbeda dengan vitamin E yang disintesis. Untuk
menambah daya katalitiknya maka katalis senyawa kompleks dapat diberi support
MgF2 agar didapatkan luas permukaan
yang lebih besar untuk mendistribusikan active
site (Setyawati dan Irmina, 2010).
Peran sebagai adsorber
katalitik baik dalam bentuk padat maupun cair, yakni sebagai media adsorber
terhadap serapan gas H2S. data yang dilaporkan oleh Novyanti (2010)
menunjukan bahwa tingkat kejenuhan adsorbs adalah pada waktu optimum 180 detik.
Semakin besar volume Besi(III)EDTA semakin besar pula kemampuannya menyerap gas
H2S.
Besi(III)EDTA juga telah diaplikasikan pada proses
removal H2S.
Konversi ini dilakukan dengan mengoksidasi hidrogen sulfida untuk elemen sulfur yang bersifat nonvolatile seperti yang telah
dilakukan oleh Horikawa et al. (2004)
. Reaksi konversin dapat dituliskan sebagai berikut (Horikawa et al., 2004) :
2[Fe(EDTA)]-
+
H2S →
2[Fe(EDTA)]2− + S
+ 2H+
Daftar Pustaka
Clyde, D dan Joel. 1985. Kimia Anorganik Teori.
Terjemahan Wisnu Susetyo. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Horikawa,
M., Rossi, Gimenes, Costa, da Silva. 2004. Chemical Absorbtion of H2S for Biogas
Purification. Brazilian Journal of Chemical Engineering. 21(03):415-422.
Novyanti, L. (2011). Sintesis Katalis Adsorber Besi(III)EDTA [skripsi]. FMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung.
Setyawati, H. dan Irmina. 2010. Sintesis
Dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Besi(III)-EDTA, Prosiding Seminar
Nasional Sains 2010: Optimalisasi Sains Untuk Memberdayakan Manusia
Svenson, A., Kaj, L., Björndal, H. 1989. Aqueous Photolysis of Iron(III) complexes of NTA,EDTA and DTPA. Chemosphere. 18(9):1805-1808
Torres,
M, Egidio, Marta dan Miguel. 1979. Fe(III)-EDTA
complex as iron fortification Further Studies. The American Journal of Clinical
Nutrition. 32:809-816.